Kali ini saya akan membahas mengenai
MATEMATIKA dan ABSURD. Seperti kita semua ketahui bahwa matematika itu adalah
ilmu yang penuh dengan bahasa symbol – symbol serta tersusun secara sistematis.
Jadi kebanyakan orang yang mempelajari matematika itu pemikirannya sistematis
dan lebih kepada pemikiran yang pasti. Beda jika dibandingkan orang – orang
yang mempelajari ilmu social yang
pemikirannya dapat berkembang sesuai zaman. Coba kita bayangkan jika ilmu
matematika itu berkembang mengikuti perubahan zaman. Misalnya, pada zaman
Soekarno 1+1= 2, terus zaman Soeharto 1+1= 4, terus zaman Megawati 1+1= 9, terus zaman SBY 1+1= 7. Hal tersebut
akan menyulitkan para calon presiden yang nantinya akan menjadi presiden.
Karena selain mereka harus kampanye dengan modal yang gak sedikit, meraka juga
harus menemukan 1+1 dengan hasil yang berbeda dari presiden yang sebelumnya.
Itu bakalan ribet banget, karena mereka harus berkonsultasi oleh para ilmuan
matematika yang terkenal biar akurat hasilnya. Sekarang kebanyakan ilmuan
matematika yang terkenal sudah pada meninggal. Jadi para calon presiden
tersebut jika ingin berkonsultasi oleh para ilmuan matematika bukan lagi
ditempat yang mewah seperti restoran mewah, café mewah, atau hotel mewah, tapi
di TPU. Para calon presiden tersebut selain konsultasi mengenai 1+1 itu
hasilnya berapa, mereka juga bisa sekalian uji nyali kalo gak kuat mereka tinggal
melambaikan tangan ke kamera. (yakali…. dikata
dunia lain)……………
Belum lagi jika symbol – symbol dalam
matematika juga ikut berkembang sesuai zaman. Misalnya, lambang integral ( ∫ )
dari zaman Soekarno sampai zaman SBY itu beda - beda. Masalahnya adalah
susahnya kita para pelajar untuk menghafal, atau mungkin bisa saja terjadi
perperangan antara pelajar zaman soekarno dengan pelajar zaman SBY. Banyangin
jika itu semua terjadi, pelajar zaman Soekarno itu pelajar tahun 1945-an sedangkan pelajar zaman
SBY itu tahun 2004-an. Itu artinya perperangan antara “kakek” dan “cucu”. IT’S
FREAK!!!!!!! Kita sebagai pelajar zaman SBY bisa durhaka karena harus perang
lawan kakek sendiri.